25 Nov 2013
Merdeka.com - Seorang pegawai pemerintah China di Kota Kashgar menahan dua muslimah yang sedang berjalan untuk mengambil data mereka di bawah sorotan kamera pengintai. Dua muslimah itu dinyatakan bersalah kerana memakai jilbab.
Di wilayah Xinjiang, tempat etnik Uighur yang mayoriti muslim, pemerintah China kini sedang menjalankan program untuk meningkatkan keselamatan dengan berkempen melarang muslimah berjilbab, seperti dilansir web asiaone.com, Isnin (25/11).
Namun sejumlah kalangan mengkritik program itu kerana boleh memicu serangan balas .
"Kami harus memegang teguh tradisi kami dan mereka harus pahami itu," kata seorang muslimah berusia 25 tahun yang sudah didata dua kali.
Bukan itu saja, para muslimah berjilbab juga, kata dia, dipaksa menonton film tentang indahnya hidup tanpa jilbab.
"Film itu tidak banyak mengubah fikiran kami," lanjut dia.
Xinjiang merupakan wilayah berbatasan dengan Pakistan dan Asia Tengah, China Bahagian barat. Warga di sana sudah memeluk Islam selama ratusan tahun.
Selama bertahun-tahun warga Uighur terus memprotes dan melawan penindasan pemerintah China yang menuding mereka sebagai kelompok ekstremis, teroris, dan separatis.
Peristiwa penyerangan di Lapangan Tiananmen, Ibu Kota Beijing, bulan lalu, membuat pemerintah berwaspada potensi serangan-serangan berikutnya. Pemerintah menuding warga Uighur di balik serangan itu.
"Menurut pemerintah China, warga muslim ekstremis ingin memerdekakan diri dan itu merupakan bentuk separatisme. Kerana itulah pemerintah membatasi kegiatan beragama warga Uighur," kata Shan Wei, pakar politik dari Universiti Nasional Singapura.
Di wilayah Xinjiang, tempat etnik Uighur yang mayoriti muslim, pemerintah China kini sedang menjalankan program untuk meningkatkan keselamatan dengan berkempen melarang muslimah berjilbab, seperti dilansir web asiaone.com, Isnin (25/11).
Namun sejumlah kalangan mengkritik program itu kerana boleh memicu serangan balas .
"Kami harus memegang teguh tradisi kami dan mereka harus pahami itu," kata seorang muslimah berusia 25 tahun yang sudah didata dua kali.
Bukan itu saja, para muslimah berjilbab juga, kata dia, dipaksa menonton film tentang indahnya hidup tanpa jilbab.
"Film itu tidak banyak mengubah fikiran kami," lanjut dia.
Xinjiang merupakan wilayah berbatasan dengan Pakistan dan Asia Tengah, China Bahagian barat. Warga di sana sudah memeluk Islam selama ratusan tahun.
Selama bertahun-tahun warga Uighur terus memprotes dan melawan penindasan pemerintah China yang menuding mereka sebagai kelompok ekstremis, teroris, dan separatis.
Peristiwa penyerangan di Lapangan Tiananmen, Ibu Kota Beijing, bulan lalu, membuat pemerintah berwaspada potensi serangan-serangan berikutnya. Pemerintah menuding warga Uighur di balik serangan itu.
"Menurut pemerintah China, warga muslim ekstremis ingin memerdekakan diri dan itu merupakan bentuk separatisme. Kerana itulah pemerintah membatasi kegiatan beragama warga Uighur," kata Shan Wei, pakar politik dari Universiti Nasional Singapura.
0 komentar:
Posting Komentar